
www.kompasiana.com
Setuju atau tidak, kebanyakan guru senior hanya berpikir “pokoknya saya ngajar, muridku cerdas, selesai. Ndak usah pusing-pusing mikir metode.”
Maka dari itu, jangan kecewa kalau kebanyakan anak Indonesia yang jadi sarjana susah dapat pekerjaan atau kesulitan memulai bisnis. Ya itu, otaknya dicekoki teori, teori dan teori selama belasan tahun.
Untuk mahasiswa, kadang mata kuliah yang ndak penting diajarkan. Apapun jurusannya, fokuskan pada praktek. Lha materinya? Tetap ada tapi sambil praktek.
Sekarang saya tanya, apakah ketika ada orang yang belajar nyetir diajari teorinya membuat mesin, membuat semua komponen mobil, proses perpindahan gigi?
Kan yang penting bisa jalan dengan hati-hati. Belajar aplikasi Ms Word juga begitu. Suru saja anak ngeklik ini dan itu sambil ngetik. Kalau ingin memodifikasi tulisan, gunakan fitur ini, ini dan itu.
Dengan fleksibilitas, guru mitra bisa leluasa membantu Anda yang sudah senior untuk memberikan ilmu lewat pengalaman pembelajaran dengan cara terbaik.
Pembelajaran dengan permainan awalnya hampir pasti ditentang oleh banyak guru dan Kepsek karena selama ini game dianggap melenakan. Anak bisa lupa waktu dan segalanya. Sampai-sampai lapar pun ndak terasa.
Namun itu tidak selamanya berefek negatif. Asal guru mitra diberi kesempatan untuk mengeluarkan semua potensinya – dalam hal ini membuat metode permainan, saya kira anak tambah senang.
Justru dengan permainan, anak tidak akan terasa seperti belajar tapi bermain. Yang lebih keren lagi, anak menguasai sekian materi dan pelajaran tanpa disadarinya. Sampai dia bilang “kok aku sudah hafal perkalian ya? Padahal aku gak merasa menghafalkan.”
Karena dalam mengajar yang penting bukan siapa yang lebih hebat urusan kecerdasan dan pengalaman, tapi anak bisa senang belajar dan paham isinya.
Dua itu saja sudah. Ndak usah banyak-banyak.

steemkr.com
Syarat keempat: selalu bersama. Kebersamaan itu sangat indah. Salah satunya di bidang pendidikan. Ketika dua guru duduk bersama, membicarakan masa depan siswa – selain urusan perangkat pembelajaran, pastinya menyenangkan.
Ya, lagi-lagi guru mitra memainkan peranannya sebagai asisten yang baik.
Ciri asisten yang baik tidak hanya fokus pada pekerjaan yang akan dikerjakan hari itu saja, tapi selalu punya rencana dan didiskusikan bersama untuk besok, minggu depan, tahun depan bahkan sepuluh tahun lagi.
Bukan diputuskan sendiri. Itu namanya sok tahu.
Terdengar berlebihan? Tidak. Impian tidak bisa diraih hanya dalam waktu bulan bapak ibu. Kalau merancangnya sebentar saja.
Cukup sediakan selembar kertas dan bolpen. Tulis apa yang Anda inginkan. Prakteknya ini yang butuh waktu bertahun-tahun.
Disini, guru mitra bisa berbagi pengalamannya ketika PPL, atau mungkin pernah nonton video inspiratif tentang proses KBM, atau membaca artikel menarik.
Kalau guru mitra punya kemampuan IT, bisa menyarankan metode yang menarik berbasis komputer. Begitu juga dengan ilmu yang lain seperti psikologi yang bisa menaklukkan anak-anak bandel.
Sekolah Anda sangat beruntung jika bisa mendapatkan guru mitra yang punya titel dari luar negeri, entah S1 atau S2 nya. Khususnya yang mengambil spesialisasi psikologi pendidikan atau media belajar.
Kedua ilmu ini sangat penting untuk mendongkrak nafsu belajar. Lebih-lebih urusan media. Karena kita tahu anak paling suka main game daripada belajar. Nah, menggabungkan materi dan media yang menarik inilah KUNCI KESUKSESAN seorang guru.
Rencanakan bersama setiap hari kalau memungkinkan untuk membuat terobosan tentang media belajar, mau jadi apa kira-kira anak-anak.
Mau jadi apa kira-kira ketika ada anak yang punya kemampuan menonjol dalam sepak bola. Begitu pula dengan yang punya kelebihan menggambar.
Jangan hanya membahas RPP, Silabus, Prota dan Promes. Sadarlah wahai para guru! Sekarang Anda harus berpikir inovatif. Caranya bisa dengan sering googling atau buka Youtube.
Cari referensi sebanyak-banyaknya bagaimana mengajar yang baik, kreatif, inovatif, efisien dan lain-lain.
Bayangkan coba, kalau ndak punya rencana sama sekali untuk menjadikan peserta didik menjadi orang hebat. Mungkin, salah satu sebab banyaknya pengangguran di negara ini karena gurunya ndak pernah mengarahkan muridnya.
Yang penting pinter. Pinter ndak susah, tapi menyelesaikan permasalahan di masyarakat yang sulit. Sangat sulit bahkan.
Lha gimana, gurunya hanya sibuk rapat. Yang dibahas bukan masa depan. Selalu dan selalu urusan perangkat ngajar.
Guru yang tidak mau berubah tentu bisa merugikan murid-muridnya. Salah satu cirinya tidak mu bekerja sama dengan guru mitra. Merugikan dalam artian bukan membuat muridnya bodoh, tapi otaknya kurang berkembang, skillnya juga tidak terasah.
Yang diasah hanya menulis saja. Jarang sekali disuru praktek membuat masakan, menggambar, membuat kerajinan dan keterampilan lain. Mengutip kata-kata salah satu motivator kondang, Ippho Santosa, kebanyakan anak diasah otak kirinya; hafalan atau mengerjakan itu-itu saja.
Harusnya otak kanan juga. Biarkan mereka melakukan sesuatu yang unik, baru dan membuat mereka senang.
Bagi Anda yang jadi guru mitra, berikan ide-ide cemerlang yang bisa mengubah karakter siswa plus mengkatrol prestasinya. Sedangkan guru senior, berpikiran terbukalah demi kebaikan anak didik. Anda berdua adalah kunci sukses mereka menggapai masa depan.
Selamat mencoba, bapak ibu guru (mitra). Sukses selalu untuk Anda dan anak-anak 🙂
Leave a Reply