
https://www.kompasiana.com
Tipe-tipe belajar bisa digali dengan beragam cara, yang penting peserta didik mau melakukannya.
Karena siswa-siswi yang bertipe belajar seperti ini akan lebih banyak memperhatikan yang visual, jadi Anda sebagai pengajar atau Kepala Sekolah sangat disarankan untuk:
· Memiliki layar dan LCD proyektor atau gambar dan grafik berukuran besar, sekiranya bisa dilihat dengan jelas oleh anak yang duduknya paling belakang.
· Miliki dan sediakan fasilitas berupa TV besar (jika ada dana dari sekolah) yang disambungkan ke laptop
· Jelaskan inti-intinya saja, karena mereka tidak suka kebanyakan diceramahi, malah bingung.
· Sediakan waktu khusus untuk menenangkan kelas agar mereka bisa memahami materi dengan mudah, karena visual biasanya tidak suka diganggu dengan suara, kebalikan dari auditori.
· Gunakan beragam metode yang tetap berhubungan dengan visual agar KBM semakin menarik. Misal, untuk jenjang SD, Anda tanya “mana gambar kucing?” maka anak akan menunjukkan dengan mengangkat kartunya.
Bisa juga seperti ini, Anda tanya “kucing”, anak akan lari ke depan kelas untuk memasukkan ke dalam dus atau meletakkannya di meja Anda.
Yang menjawab bisa setiap anak untuk dirinya sendiri, atau salah satu anak yang mewakili kelompoknya. Bisa dilombakan, seru jadinya kan?

https://www.time4learning.com
Kedua: Pembelajar pendengar
Mereka yang bertipe ini punya sifat sebagai pendengar yang baik. Cara yang mereka lakukan adalah dengan mendengar guru ceramah, radio, orang yang sedang ngobrol, atau ngobrol langsung dengan orang yang lebih pandai darinya (istilahnya belajar sambil jalan).
Bukan berarti karena mereka suka mendengarkan, lalu ndak pakai alat bantu sama sekali. Pembelajar juga manusia, sesekali waktu mereka pakai perekam yang bisa diulang sampai berapa kalipun karena kalau tanya bolak-balik dengan pengajar bisa malu, atau mendengar langsung sambil menulis inti-intinya.
Anda pasti pernah tahu buku yang dijual dengan kaset tape atau CD (dulu). Entah itu pelajaran, cara membaca Al Qur’an, atau motivasi.
Dengan alat dan ini, pembelajar sangat mudah mengingat segala informasi yang disampaikan pengisi suaranya (pengajar / penceramah), paling tidak sebagian saja. Apalagi kalau pembacanya masih usia 10-20 tahun.
Mereka ini juga cocok dan suka menghadiri seminar yang sarat dengan presentasi, sambil membaca modulnya jika ada. Kalau hanya membaca di ruangan sepi malah membuat mereka buntu.
Kelebihan tipe ini adalah mampu menjelaskan pemikiran mereka dengan jelas dan runtut, memahami perubahan intonasi bicara orang lain (ia tahu lawan bicaranya sedang marah, senang, biasa saja, kecewa, malu, atau nyindir).
Selain itu cepat menuliskan informasi dari lawan bicara (guru atau narasumber), mampu memecahkan masalah, bisa menceritakan kembali dengan bahasa sendiri, mampu bekerjasama, cepat memahami instruksi.
Tips-tips dan metode yang disukai untuk tipe ini:
Pertama, lebih suka didikte atau dibacakan daripada membaca sendiri
Kedua, membawa alat perekam ke kelas.

https://yuksbelajar.com
Ketiga: Pembelajar Kinestetik
Kamu suka olahraga atau praktik? Kalau ya, berarti kamu anak yang cenderung suka bergerak. Diamnya tubuhmu bukan cirimu untuk bisa memahami sesuatu. Kamu merasa bosan hanya mendengar dan melihat penjelasan saja.
Yang selalu ingin kamu lakukan adalah bergerak, melakukan, bertindak dan menyentuh. Prinsipnya “saya harus mengalami atau praktik.”
Rasanya puas dan paham setelah keempat hal tersebut kamu lakukan. Ini biasanya lebih ke anak laki yang suka pelajaran praktik seperti komputer, otomotif.
Tapi bukan hanya dua pelajaran itu saja. Masih ada IPA, Biologi dan pelajaran lain. Pada dasarnya, pelajaran yang perlu praktik, baik laki maupun perempuan harus melakukannya.
Tipe ini mengingatkan kita tentang sebuah prinsip belajar learning by doing (belajar sambil melakukan). Sekedar info, biasanya prinsip dan metode ini lebih bisa membuat siapapun cepat bisa, karena perpaduan teori dan praktik.
Keunggulan mereka yaitu punya perpaduan penglihatan dan gerak tangan yang bagus, bereaksi cepat terhadap pancingan (entah itu karena disuruh, melihat orang yang kerepotan, atau melihat sesuatu yang bisa membahayakannya).
Kemudian bagus dalam bereksperimen (membuat atau mengutak-atik barang yang mereka sukai), bagus dalam olahraga, lihai bermain drama atau seni, dan tangkas.
Bagi kamu yang merasa punya ciri-ciri itu, lakukan beberapa tips berikut di kelas:
Pertama, begitu kamu merasa pikiranmu mulai ingin aktif bergerak, segeralah berdiri. Sudah pasti kamu harus ijin dulu ke gurumu agar tidak dicap pengganggu.
Kedua, bawa karet gelang dan mainkan di tangan atau pensil dengan wajar. Jangan dipakai buat njepret lho ya?
Ketiga, bawa bola pingpong atau tenis dan lemparkan bola hanya di tanganmu, jangan dilempar kemana-mana sambil tetap fokus ke penjelasan guru.
Keempat, lakukan senam atau gerakan ringan sambil duduk kalau kamu sudah merasa pegal-pegal karena kelamaan duduk.
Lantas bagaimana guru menyikapi anak yang seperti ini? Padahal di kelas kan harus tenang?
Iya betul, tapi kan Anda juga harus tahu seandainya punya murid bertipe ini. Bukan langsung memarahi atau memanggil orang tuanya.
Sebabnya macam-macam, bisa karena gelisah, punya masalah, hiperaktif, sehingga pelampiasannya dengan banyak gerak selama Anda mengajar.
Memang susah, apalagi bagi guru baru. Anda bisa mencoba beberapa strategi ini:
Pertama, biarkan dulu ketika mereka ingin “olahraga” dalam kelas, sambil amati apa saja gerakannya. Apa hanya melempar bola, bermain karet gelang, memutar buku dengan satu jari.
Kedua, terapkan lebih dari satu macam metode. Jangan hanya ceramah saja. Misal, Anda bertanya, murid menjawab dengan memasukkan bola ke dalam keranjang di depan kelas. Belajar sambil bermain olahraga, bukankah itu mengagumkan, bapak ibu guru?
Ketiga, setelah mereka suka dengan metode tadi, suru mereka mengisi LKS, lembar kerja yang sudah Anda buat sendiri, atau kertas kosong.
Dengan ini Anda bisa mengevaluasi hasilnya, jadi mengajarnya sambil bermain, menjawabnya bermain sambil nulis. Dapat semua kan?
Keempat, tambahkan kegiatan yang asyik, seperti menari atau menggambar tapi masih berhubungan dengan pelajaran.
Bisa dibilang, beberapa tips ini hanya sebagai selingan anak selama belajar, bukan untuk mengganggu. Asal dibicarakan baik-baik antara orang tua dengan para guru, dan anak masih bisa mengikuti kemauan guru, anak akan tetap bisa belajar dengan baik kok.
Bagaimana, sudah ketemu mana cirimu? Kalau bisa ketiganya, woow, amazing!!!
Selamat belajar anak-anak. Semoga sukses!
Leave a Reply