
telagabiru.blogdesa.net
Memukul pelan pun jangan. Mbentak juga jangan. Santai saja tapi “mematikan.” Ya itu tadi dengan membatalkan metode inti.
Ya saya tahu, mempertahankan kelas tetap tenang bukan perkara mudah APALAGI kalau ada satu anak yang bandelnya minta ampun.
Mau dikasi permainan pun tetap saja ndak mau, alasannya karena ia lebih suka bermain di luar, bermain dengan caranya sendiri. Semoga ini tidak terjadi di sekolah Anda.
Salah satu cara untuk menjaga ketenangan bisa dengan pujian “ok bagus, tetap seperti ini sampai pak guru bilang saatnya mulai (permainan atau cerita).”
Bisa juga dengan penghargaan. Kelompok teraktif atau yang paling banyak benarnya ketika menjawab soal dapat hadiah.
Ndak perlu mewah-mewah, kue saja sudah lumayan, kecuali Anda punya dana lebih. 🙂
Perlu saya jelaskan bahwa cara keempat ini memang lumayan bikin capek. Siklusnya; perintahkan tenangàsuasana tenangà ramai lagiàingatkanàtenang lagiàrame lagi.
Yah begitulah tugas guru. Memang berat, penuh perjuangan. Tapi YAKINLAH lama-lama bisa. Lagian tidak semua kelas kan yang susah diatur?
Bagi guru baru, cara ini memang menyiksa batin, otak dan suara. Hati gregetan melihat anak yang bandel, otak berpikir keras agar suasana tetap tenang, suara Anda pun bisa habis.
Tapi ini adalah bagian dari PERJUANGAN seorang guru, sang dirigen untuk menaklukkan kebisingan sekaligus menyeimbangkan irama belajar.
Demi keduanya, Anda memang harus banyak belajar.
Bisa dari guru senior, teman, saudara, tetangga, membeli buku-buku tentang manajemen kelas, nonton dari Youtube, nonton film-film inspiratif tentang pendidikan kalau ada.
Jangankan guru yang ngatur psikologi anak, pelatih sepak bola pun saja kadang juga harus bisa menghadapi kondisi hati para pemainnya. Belum tentu semua pemainnya nurut.
Ya, tentu saja, butuh waktu yang tidak sebentar untuk menjadi dirigen profesional. Memerlukan jam terbang tinggi, khususnya mengatasi anak bandel.
Tapi percayalah, semua usaha yang akan, sedang dan sudah Anda lakukan pasti akan terbayar lunas dengan melihat kesuksesan anak didik.
Sukses itu ambigu. Tapi ukuran sukses untuk pelajar adalah minimal ketika mereka patuh, paham dan praktek.
Patuh dengan semua perintah guru, paham dengan materi yang diajarkan, dan dilakukan dalam kehidupan nyata.
Karena pada dasarnya otak, hati dan jiwa anak tidak hanya disetting untuk hafalan saja.
Tidak juga untuk mendapat nilai bagus saja, tidak hanya untuk paham saja kalau TIDAK ADA PRAKTEKNYA.
Cara keempat ini juga bisa membuat guru bingung.
Dalam artian begini, kalau misal ada satu anak saja berulah (entah ngomong agak keras, tertawa kecil atau bahkan mengganggu temannya) sampai tiga kali, otomatis Anda akan menghentikan metode inti.
Lalu harus bagaimana? Permainan atau ceritanya berhenti?
Ada cara khusus tapi tidak harus Anda praktekkan. Setiap sekolah dan guru punya kebijakan sendiri-sendiri masalah hukuman.
Tapi saya tekankan jangan pernah menggunakan fisik ataupun bentakan. Berikan sesuatu yang sekiranya memberikan efek jera.
Misal, menulis saya janji tidak akan ngomong lagi 100X. Ini hanya contoh saja. Silakan Anda diskusikan dengan kepala sekolah atau rekan sesama guru.
Ada cara lain yang lebih sederhana; lihat anak tersebut beberapa detik. Cara ini seringkali berhasil. Masih banyak tentunya cara-cara lain.
Yang jelas, perlu kreatifitas untuk membuat anak yang bandel benar-benar mau belajar. Kreatifitas beda dengan materi pelajaran.
Tidak bisa dihafalkan, hanya bisa dipancing. Bagaimana caranya agar kreatif?
Banyak-banyaklah membaca buku, menonton film inspiratif apapun. Kadang ketika melamun pun bisa dapat ide.
Mengutip pendapat Ippho Santosa, kreatifitas tidak dapat dipaksakan, tapi dipancing. Ya dengan cara yang saya sebutkan di atas.
Cara termudah adalah ATM. Pernah dengar? Bukan Anjungan Tunai Mandiri lho, tapi Amati, Tiru, Modifikasi.
Saya pernah melakukan ini ketika mengajar dulu. Saya membuat animasi tentang tata bahasa Inggris alias grammar.
Alhamdulillah, ketika saya uji cobakan ke siswa, mereka banyak yang suka. Saya meniru dari kakak tingkat saya. Hanya saja ia membuat tutorial Matematika.
Uniknya, saya sebenarnya tidak pernah melihat hasil karyanya. Hanya terinspirasi saja karena saya SUDAH TAHU animasi itu bagaimana.
Jadi setelah saya diberitahu bahwa kakak tingkat saya membuat tutorial Matematika dengan Flash (nama program grafis), otak saya pun langsung terpicu untuk membuat sketsanya.

annahl.sch.id
Cara #5: Game tanpa suara. Tidak semua permainan harus mengeluarkan suara. Bisa juga dengan berbisik atau main kartu. Kartunya berisi materi yang sedang diajarkan.
Bisa berupa gambar saja seperti remi, mencocokkan gambar dengan kata-kata. Silakan Anda improvisasi karena harus menyesuaikan dengan materinya.
Mau pakai komputer atau laptop juga boleh, ASALKAN ada fasilitas di sekolah atau murid diizinkan membawa dari rumah.
Gamenya juga harus yang pas tentunya. Jangan asal membuat game atau asal mengunduh.
Pas dengan materi, tingkat kesulitan, durasi belajar per sesi dan lainnya. Serinci itukah? Ya, tentu.
Masa’ pelajaran bahasa Indonesia materinya pengenalan listrik? Masa’ materinya SMP sudah dimasukkan ke SD?
Game memang menyenangkan, tapi bagaimanapun juga otak anak perlu dicocokkan dengan levelnya.
Tapi hati-hati, perlu pengawasan ekstra dari guru. Apalagi kalau terhubung dengan internet.
Leave a Reply