
blog.kampusgurucikal.com
Cara #2: Buat penjelasan rinci dan kesepakatan. Hati-hati ketika Anda menyampaikan hal atau cara ini. Ingat, diam dan tenang lain lho. Kalau diam berarti ndak boleh ngomong, termasuk berbisik.
Lha kalau diam saja selama pelajaran kan ya ndak mungkin? Otomatis mereka ndak boleh tanya pada Anda, diskusi dengan temannya, bahkan mau ijin ke belakang saja ndak bisa. Ya karena larangan bicara ini.
Akhirnya kelasnya seperti kuburan. Kalau tenang itu masih ada obrolan tapi TERTIB. Ada kalanya diskusi dengan berbisik, ada yang tanya pada gurunya. Itupun ada waktunya.
Jadi jelaskan PERBEDAANNYA agar mereka paham dan bisa membedakan. Ingat, guru jangan hanya ngajar tapi ajarkan sedikit-sedikit logika komunikasi dan berpikir.
Katakan pada mereka untuk tetap tenang selama membaca dan melakukan permainan. Diam hanya untuk TEGURAN kalau ada yang ngobrol.
Jika mereka sepakat, maka Anda pun bisa memulai metode terbaik Anda.
Ketika metode inti Anda diterapkan (game atau cerita atau yang lainnya), barulah ada kata-kata yang diucapkan oleh si anak.
Misal, Anda memasang beberapa foto pemimpin negara dan Anda bertanya “mana Perdana Menteri Jepang?”
Ada 2 cara menjawab yang Anda buat dan disepakati oleh siswa; menjawab dengan menulis atau ketua kelompok maju kemudian membuat tanda centang dibawah foto. Keduanya bisa dilakukan tanpa suara.
Bisa juga dengan cara lain, yaitu yang paling cepat mengacungkan tangan kemudian menjawab.
Selain itu, buat juga kesepakatan di awal tahun atau awal semester tentang metode yang akan Anda buat.

lampungpost.id
Cara #3: Selalu awasi dan perhatian. Guru bekerja untuk mengajar dan mendidik, oleh karena itu jangan hanya duduk manis dan berdiri menjelaskan.
Kalau cuma gitu sama saja seperti motivator. Sedangkan guru harus bisa lebih dari motivator untuk urusan psikologi.
Karena secara psikologi, anak pasti senang kalau diperhatikan. Berkelilinglah setelah Anda memberi instruksi (untuk membaca atau melakukan permainan) atau penjelasan tentang materi.
Tapi juga jangan berlebihan. Mentang-mentang ada anak paling pintar paling aktif, lalu guru memperhatikannya sampai setengah jam. Itu namanya pilih kasih.
Atau ada anak yang bandel diawasi selama satu jam. Ya ndak bener juga. Disini Anda harus bisa menyeimbangkan perhatian dan pengawasan. Nah lagi-lagi keduanya berbeda.
Kalau mengawasi hanya melihat saja, tanpa tanya atau menegur. Sedangkan perhatian itu melihat sambil bertanya “ada kesulitan?” bila perlu beri motivasi “ayo, gampang kok, ndak harus bener jawabannya” sambil merangkulnya.
Dengan begini anak akan semakin semangat. Kalau ada yang belum semangat? Berarti ada masalah. Solusinya? Ya perlu duduk bersama antara wali kelas dengan si anak dan guru BK.
Bila perlu orang tua diajak diskusi juga kalau memang si anak dalam keadaan susah sampai lebih dari tiga hari.
Disini juga diperlukan kepekaan dan kepandaian untuk menjawab pertanyaan dari murid. Kalau yang tanya satu atau dua anak masih bisa santai. Lha kalau sepuluh?
Yang jelas kalau Anda guru baru, Anda harus tenang. Kalaupun ada yang belum atau tidak terjawab, biar disimpan dulu pertanyaannya untuk ditanyakan lagi nanti atau pertemuan selanjutnya.
Sebetulnya kalau guru cerdas dan kreatif, murid tidak akan kebanyakan bertanya. Karena kalau penjelasannya sudah sangat jelas atau instruksinya mudah dipahami, otomatis anak ndak akan bertanya.
Misal, Anda menjelaskan materi PKn tentang ketertiban. Anda nyuru anak untuk antri ketika beli kue.
Setelah mereka beli, Anda jelaskan kalau antri adalah budaya yang baik. Kalau saya beri contoh yang lain masih banyak lho.
Tentunya ini tantangan bagi setiap guru, dan perlu latihan serta proses. Ndak papa, cerdas dan kreatif bisa didapat asal mau berusaha.

siedoo.com
Cara #4: Ingatkan dan paksa. Yang namanya anak, apalagi SD, rasa-rasanya ndak semuanya nurut, betul?
Anda sudah memberitahu di awal pelajaran agar jangan ramai, apalagi mengganggu, hampir pasti ada saja yang melanggar, meski sudah diberitahu kalau melanggar, permainan batal.
So, Anda harus tegas kalau menemui anak yang suka mengacau ngomong saja atau berulah, karena kalau dibiarkan bakal menjadi-jadi.
Bisa jadi hanya dia saja yang ramai, atau temannya pun ikut-ikutan. Akhirnya kelas jadi pasar.
Bila perlu berikan penekanan suaranya seberapa. Tidak perlu diukur dengan alat pengecek volume suara.
Katakan saja pada mereka tidak boleh terdengar suara yang sedikit lebih tinggi selama membaca atau diskusi.
Tekankan untuk selalu berbisik. Biasanya bisik-bisik pun masih dibuat candaan seperti wes wis wus wesees wes ewes.
Ketika suasana kelas sudah tenang (tidak ada suara kecuali bisik-bisik), pertahankanlah.
Bila perlu, kalau ada yang melanggar dengan berbicara agak keras, catatlah sebagai pelanggaran. Maksimal tiga kali. Kalau sampai empat kali, permainan atau cerita dibatalkan.
Berusahalah untuk peka dalam mendeteksi suara meski hanya dari satu anak saja. Seandainya masih ada yang terdengar bicara, tetap beri poin pelanggaran. Bila perlu satu kelas.
Kalau ada yang benar-benar bandel, tidak perlu memberi hukuman. Hukuman yang saya maksud adalah fisik seperti menjewer, menampar atau bahkan memukul.
Leave a Reply