
sdk9.bpkpenaburjakarta.or.id
Suara pasar di kelas memang menyebalkan. Bagaimana mengatasinya?
Kalau ada pertanyaan, apa tantangan terbesar yang paling dirasakan umat guru se dunia? Jawabannya pasti rata-rata anak yang ramai atau bandel.
Sudah disuruh diam tidak mau. Kalau gurunya sudah nangis baru mau. Itupun belum tentu diam selama pelajaran.
Padahal sang guru sudah nangis tapi ternyata belum cukup untuk membuat anak didiknya sadar juga. Ampun dah!
Di artikel kali ini, saya sajikan tulisan tentang bagaimana caranya agar kelas bisa kondusif alias tenang dan damai.
Sampai-sampai detik jam dinding dan jarum jatuh pun terdengar.
Diam di saat Anda menjelaskan, di saat mereka membaca sendiri-sendiri, mengerjakan tugas bahkan sampai akhir pelajaran.
Show time! Baiklah, saatnya dimulai. Tepukkan tangan Anda sekian kali sambil buatlah yel-yel terbaik agar mereka semangat untuk memulai pelajaran.
Setelah itu katakan pada mereka untuk membaca tentang materi yang akan dipelajari. Waktunya beberapa menit saja cukup.
Dengarkan dan perhatikan murid Anda, satu per satu. Siapa yang diam saja tapi membaca, diam saja tapi toleh-toleh, siapa juga yang masih ngobrol atau bahkan bermain.
Kalau melihat anak yang saya sebut terakhir pasti Anda rasanya ingin nggebrak meja saking bandelnya. Tunggu, sabar pak/bu. Ndak perlu pakai kekerasan kok!
Anggap saja, sebagian besar anak sudah bisa diam, duduknya tertib, pandangannya ke buku (entah serius atau tidak membacanya, entah paham atau tidak, pokoknya diam dulu).
Anda pun pasti merasa senang karena mereka sudah patuh dengan instruksi Anda.
Selama mereka diam dan pandangannya ke buku berarti sudah berhasil untuk membuat kelas kondusif. Lega ya?
Tapi….kita sudah sangat sering mendengar kata-kata ini; biasalah, namanya juga anak kecil, susah diatur.
Di awal tadi memang sudah terlihat dan terdengar sepi, seolah-olah mereka tidak ada atau tidur.
Ternyata hasil dari komando sang guru hanya berlangsung lima menit saja.
Apa yang terjadi? Sudah bisa menebak kan? Ya, kelasnya menjadi pasar lagi dengan beragam topik pembicaraan mulai yang paling penting sampai remeh temeh.
Tentu saja mereka menikmatinya. Sang guru pun berteriak lagi. Kelas diam lagi. 10 menit kemudian muncul suara seperti lebah yang sedang bermain di siang bolong.
Lama-lama sang guru pasrah. Ia berpikir pokoknya sudah ngajar. Yang mau mendengar dan mengerjakan ya diberi nilai bagus. Yang cuek ya apa adanya saja nilainya.
Ujung-ujungnya orang tua yang diberi penjelasan kenapa si anak nilainya jeblok.
Tapi ada juga guru yang masih mau berjuang. Oh sungguh luar biasa kalau guru yang seperti ini. Guru yang benar-benar menjadi pahlawan bagi anak dan orang tuanya. Bagaimana cara perjuangannya?
Ada dua; agak keras dan santai tapi menyenangkan.
Yang pertama ia rajin memukulkan penggaris ke papan atau meja sambil ngancam, barangsiapa ndak nurut, nilainya dikurangi.
Ada juga yang nilainya dikurangi plus orang tuanya diberi tahu.
Saya sangat menyarankan jangan melakukannya, meski banyak sekolah entah di Indonesia atau luar negeri yang mempraktikkan cara ini.
Lalu bagaimana sih biar anak-anak mau belajar dengan tenang, santai tanpa pakai cara kekerasan yang jelas dilarang UU?
Ancaman tidak perlu dilakukan. Apalagi sampai marah-marah sambil mbentak-mbentak. Itu cara kuno sebelum ada sosial media dan internet belum populer.
Sekarang Anda bisa menggunakan cara kedua. Cara yang menyenangkan.
Kalau boleh jujur, memang sebetulnya tidak mudah bapak ibu.
Tunggu, jangan salah paham dulu. Tidak mudah bukan berarti tidak ada solusinya.
Maksudnya, tetap perlu perjuangan untuk bisa mempraktikkan cara kedua ini.
Secara umum, ada beberapa hal yang harus dilakukan terkait perjuangan ini.
Pertama, ikuti pelatihan manajemen kelas (dua kata kunci ini) kalau ada. Meski harus ke luar kota.
Kalau ke luar negeri jangan, ndak perlu seberlebihan itu. Kedua, cari referensi dari artikel atau buku-buku. Bisa dari dalam negeri atau luar.
Ketiga, dari Youtube. Banyak kok. Saya sudah coba. Silakan Anda telusuri sendiri.
Keempat, jelaskan tujuan Anda mengajarkan materi yang bakal Anda sampaikan, cara-cara yang akan Anda gunakan, plus penghargaan bagi anak yang aktif.
Guru yang cerdas dan kreatif tidak hanya menjelaskan isi materi, tapi juga memberi tahu alasan kenapa harus belajar ilmu ini dan itu. Misal, kenapa harus belajar IPA bab listrik.
Karena mereka hidup bukan untuk hafalan saja, tapi juga harus paham kenapa harus begini dan begitu.
Anak bisa kesetrum karena belum tau kalau kabel listrik yang mengelupas dalam keadaan tersambung colokan tidak boleh disentuh.
Sekarang saatnya saya jabarkan cara-cara yang sebenarnya:

www.lassernewstoday.com
Cara #1: Buat rancangan mengajar yang menarik.
Sudah tahu kalau semakin kreatif ngajar, anak akan semakin tertarik? Disinilah kuncinya. Anda ibaratnya seperti dirigen yang harus bisa menyeimbangkan irama belajar.
Sebelum mengajar, Anda wajib untuk membuat poin-poin apa saja yang harus dilakukan. Poin-poin ini bisa dimasukkan RPP atau ditulis di kertas.
Bisa tulisan tangan atau ketikan. Pokoknya yang sekiranya mudah untuk dipraktekkan.
Misal poin pertama, tepuk-tepuk sambil mengucapkan yel-yel (bisa Anda buat sendiri atau mereka sendiri). Poin kedua (ini bisa jadi beberapa contoh) gunakan metode game.
Kebanyakan anak SUKA belajar sambil main. Lho kalau permainan kan pasti ramai? Betul, tapi bisa diselingi membaca.
Artinya, katakan saja membaca dalam hati selama 15 menit, kemudian bermain 15 menit. Kalau ada yang ngobrol, permainan tidak diteruskan
Atau bisa metode cerita. Jadi materi yang Anda jelaskan dibungkus dengan cerita.
Biasanya anak akan menyangga dagu mereka dengan kedua tangannya untuk mendengarkan, saking menikmatinya cerita Anda. 🙂
Leave a Reply