
axiooclassprogram.org
Bolehkah ada sistem demokrasi seperti halnya politik di kelas?
Kalau mendengar kata-kata demokrasi, pasti yang dibayangkan partai politik. Ya, memang kata-kata ini sudah melekat di benak masyarakat kalau kaitannya dengan politik.
Demokrasi bermakna rakyat memegang kuasa. Tapi saya tidak akan menjelaskan panjang lebar tentang itu. Ini hanya pembukaan saja.
Yang ingin saya bahas adalah kebebasan belajar dalam kelas. Guru sebagai Presiden yang membuat kebijakan metode belajar, murid sebagai rakyat yang diberi kesempatan dan keleluasaan tanpa melanggar aturan dan kebijakan.
Jadi harus sama-sama menguntungkan. Guru bisa memberi pilihan metode belajar berupa ceramah saja terus mengerjakan, audio dengan mendengar materi dari berbagai sumber, video dengan menonton hal yang sama.
Bisa juga model outbond. Ini cocok bagi penganut dan pelaku jenis kinestetik. Namun yang perlu diingat, dalam satu pertemuan jangan kebanyakan memberi pilihan.
Bingung mereka nanti. Misal, model outbond ada lima cara, model kartu ada sepuluh cara, model belajar sambil olahraga ada tiga cara.
Batasi hanya beberapa cara saja per metode. Contoh, game berbasis kartu ada tiga cara berbeda; mencocokkan gambar dengan nama, mencocokkan gambar dengan kalimat, atau menyambung gambar yang terpotong-potong semacam puzzle.
Sekarang saya uraikan demokrasi alias pilihan apa yang harus Anda berikan agar mereka betah berlama-lama belajar di kelas maupun di luar kelas:

design.indosite.com
Pilihan nomer 1: sendiri atau kelompok. Belajar kelompok memang terlihat menyenangkan, karena bisa saling membantu, apalagi ada anak yang cerdas, bisa dijadikan bahan contekan bantuan ngajari.
Tapi psikologi anak pastilah tidak sama. Tidak semua anak suka dengan model belajar dengan grup. Alasannya beragam. Bisa karena minder, bising dengar suara campuran, merasa sering ditolak idenya, dan masih banyak lagi.
Kalau sendirian kadang bisa memberi mereka kenyamanan. Dengan belajar di perpustakaan, kantin, taman. Yang penting tetap diawasi. Pastikan mereka benar-benar belajar. Kalau memang ada yang menyalahgunakan kebijakan Anda, gunakan cara atau hukuman kreatif.
Misal, suru mereka membaca petunjuk yang sudah Anda buat tentang mencari dan menganalisa cabe di kebun tanpa memetiknya – mulai dari jumlah, warna, gemuk atau kurus.
Dalam petunjuk ini, anak harus membaca sambil duduk di sekitar tanaman cabe. Ketika ada yang salah, beri masukan.
Kalau ia berhasil menemukan cabe berdasarkan petunjuk, maka ia dapat nilai. Ya, lagi-lagi permainan memang bisa meningkatkan nafsu belajar anak.
Saya yakin, sebandel-bandel anak, kalau bisa membuat metode yang tepat, ia akan mau mengikuti kok. Tidak mudah juga memang membuat metode yang menarik. Tapi asal mau, bisa kok dicari caranya.
Salah satunya dengan rajin-rajin membaca artikel tentang kreatifitas atau nonton videonya. Anda tiru saja kalau ndak bisa membuat dari nol.
Tapi adakalanya anak yang lebih suka belajar sendirian juga dimotivasi untuk belajar bersama. Bagaimanapun juga, interaksi sosial harus berlangsung. Tinggal bagaimana cara mengatur waktu dan menyentuhnya.
Kan sayang kalau dia pinter tapi kurang bergaul. Kasihan juga melihatnya. Bila perlu Anda ikut duduk agar dia lebih percaya diri.
Kalau masih malu-malu juga, minimal ia mendengarkan saja sambil mencatat poin-poin penting. Sambil terus memberi nasihat agar percaya diri.
Bila perlu lagi, Anda bantu dia menjawab ketika teman sekelompoknya tanya. Jadi seperti melatih anak bayi. Anda tak ingin kan kalau dia diam saja setiap hari?
Kesulitan membuatnya PD? Hubungi dokter guru BK. Karena Anda tidak bekerja sendirian. Ya, perlu kesabaran dan ketelatenan tinggi kalau punya murid seperti ini.
Guru BK pastinya bisa memberinya nasihat kalau hidup harus berinteraksi, apapun latar belakangnya, bagaimanapun metode belajarnya, seberapa jauh rumahnya, apa hobinya dan lain-lain.
Dengan berkumpul bersama untuk belajar, hidupnya akan lebih kaya akan pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan saja tanpa pengalaman kurang bagus.
Meski masih anak-anak, mereka juga perlu diajari apa itu pengalaman, bagaimana mendapatkannya, apa baiknya bagi kehidupannya.
Anak yang dilatih untuk berkumpul, apalagi dengan anak-anak baik dan cerdas, percayalah, cepat atau lambat, potensinya akan terlihat.
Kelihatannya mungkin ia pendiam dan kurang pandai, tapi siapa tau suatu saat ia bisa menjadi fotografer handal atau desainer top kelas dunia.
Bukannya mengajarkan untuk mimpi muluk-muluk, tapi memang manusia punya potensi besar. Tinggal bagaimana membangkitkannya.
Kalau dia takut sama anak yang kurang baik kelakuannya, suruh saja kumpul dengan anak yang baik-baik. Ndak sulit kan?

www.kompasiana.com
Pilihan nomer 2: Sumber yang tepat. Bukunya pelajarannya sudah bagus, tapi lebih bagus lagi kalau anak dipancing untuk mencari jawaban dari buku lain. Bisa dari perpustakaan, pinjam, mencetak dari internet, beli atau fotokopi. Sumber jawaban tidak hanya satu. Seperti pengertian listrik. Belum tentu kalau di buku dan di internet artinya sama.
Itulah uniknya ilmu pengetahuan. Anak diberi kebebasan mencari dan memilih referensi tambahan tanpa menyusahkan. Kalau sudah berusaha mencari kesana-kemari tapi ndak ada yang pas, ya sudah. Jangan sampai Anda memaksakannya untuk membaca bukunya mahasiswa meski cocok. Nanti bisa-bisa nangis.
Selain itu anak juga dilatih untuk kritis dengan mencari jawaban-jawaban baru dan seperti mengerjakan skripsi. Hanya saja, kalau skripsi beda buku beda judul.
Kalau ini beda buku, judul sejenis. Misal buku pertama judulnya Listrik dan Kehidupan, buku kedua judulnya Energi di Alam. Masih nyambung sedikit pokoknya, meski cuma satu halaman.
Tidak ada salahnya Anda ikut menemani kalau di perpustakaan. Ingatkan atau peringatkan kalau ada anak yang keliru ambil buku tapi jangan diberitahu buku apa yang cocok.
Menunjuk raknya pun jangan. Latih mereka untuk berpikir mana yang cocok mana yang tidak. Sehingga nalarnya semakin berkembang.
Leave a Reply