
www.appletreebsd.com
Pilihan nomer 3: Banyak tanya. Anak pintar dengan banyak bertanya selain belajar. Biasanya ini dilakukan ketika anak masih umur 2 sampai 10 tahun. Apapun yang ia lihat pasti pertanyaannya apa ini. Bahkan diulang-ulang meski sudah dijawab.
Nah, bagaimana rasa ingin tahu ini bisa terus dilakukan hingga mereka ABG. Karena rata-rata anak SMP sampai SMA sudah ndak terlalu banyak tanya. Alasannya karena malu. Dengan memberi mereka kebebasan untuk banyak tanya di kelas atau di luar kelas, mereka akan terpacu untuk ingin tahu.
Caranya? Buat saja penjelasan yang sekiranya membuat mereka penasaran. Misal, kebanyakan makan bisa membuat susah tidur dan jalan. Makan juga bisa membuat uang habis. Otomatis guru akan diberondong pertanyaan.
Pertanyaannya pun bebas. Tidak harus terkait pelajaran. Boleh bertanya tentang hasil pengamatan orang-orang sekitar atau riset dari mana saja.
Bila perlu, sediakan waktu khusus untuk tanya. Demokrasi dalam pertanyaan pun tercipta.
Ada cara lain. Berikan keterangan atau informasi akan sesuatu, bisa berupa cara kerja benda atau kenapa bisa terjadi ini dan itu. Anak bebas bertanya kepada siapa saja.
Contoh, kenapa benda elektronik yang pakai listrik tidak bisa nyala kalau kabelnya tidak ditancapkan. Kenapa sopan itu penting. Apa yang membuat orang bisa marah. Bagaimana proses terjadinya hujan.
Ini model acak. Kalau ingin yang terstruktur bisa dengan rumus 5W 1 H. Buatlah pertanyaan dengan 5W 1H tentang mobil. Apakah mobil itu. Dimana membuatnya. Kapan pembuatannya (termasuk pembaruannya). Siapa pembuatnya. Kenapa diciptakan. Bagaimana pembuatannya.
Narasumbernya juga bebas. Tidak harus langsung tanya ke direkturnya perusahaan mobil. Yang penting yang ditanya paham dan yang penting juga anak tidak dikekang untuk mengembangkan pertanyaan.
Beberapa pertanyaan ini masih bisa dikembangkan lagi. Seperti apa saja komponen mobil, apa saja fungsinya, apa yang membuat mobil ini jalan, apa yang membuatnya irit atau boros, apa yang membuatnya mahal tapi disukai banyak orang.
Sekali lagi, kalau anak malu bertanya di kelas, persilakan mereka untuk tanya di luar kelas, kalau narasumbernya guru itu sendiri. Via SMS atau telpon juga boleh. Buatkan saja jadwal untuk menjawabnya.
Ingin lebih menarik lagi sekaligus menantang? Tontonkan video mobil. Kemudian perintahkan mereka untuk membuat pertanyaan. Jadi ini kebalikannya kuis. Kalau kuis kan nonton terus penonton diberi pertanyaan.
Misal, kalau di videonya ada beberapa tayangan yang ditampilkan lambat, itu kenapa. Kalau durasinya cuma satu menit kenapa, bagaimana caranya membuat videonya.
Katakan ini pada semua murid Anda “Baiklah anak-anak, saya akan putarkan video dan silakan buat pertanyaan sebanyak-banyaknya.” Lalu minta mereka untuk menjelaskannya di pertemuan selanjutnya.
Anda pun tak perlu cepat lapar dan haus. Tinggal membenarkan dan mengevaluasi. Dengan memberi mereka kesempatan untuk belajar dengan caranya sendiri, mereka terasa seperti berpetualang.
Tanpa terasa mereka akan menguasai materi tanpa disadarinya. Lho kok bisa? Karena tidak ada tekanan dan caranya beragam.
Psikologi anak harus benar-benar diolah demi kenyamanan belajar dengan harapan – tentu saja – prestasinya terdongkrak, baik akademik maupun non akademik. That’s the power of democracy!

haieny.files.wordpress.com
Pilihan nomer 4: banyak cara untuk tampil. Kebiasaan belajar anak yang berbeda adalah tantangan bagi setiap guru, jika guru mau peka. Saya bilang peka karena sebaiknya tidak memaksakan anak yang tidak suka belajar dengan buku.
Kalau dia merasa nyaman dengan gambar, ya berikan saja buku yang banyak gambarnya. Bisa jadi dia pembelajar visual. Rata-rata, anak dengan tipe ini kesulitan mencerna kalau medianya hanya buku dengan minim gambar.
Lantas buku yang gambarnya banyak dapat darimana? Telusuri di Google. Banyak kata kuncinya. Salah satunya e-book IPA atau biologi. Bisa juga dengan googling foto proses pertumbuhan pohon. Selanjutnya Anda buatkan keterangan ringkas di bawahnya.
Pakai Word saja. Kalau ada biaya, serahkan ke percetakan agar lebih menarik. Setelah Anda memberi kebebasan untuk belajar, beri keleluasaan anak untuk menyajikan di depan kelas.
Latihlah mereka untuk menjadi seorang orator layaknya Chief Executive Officer (CEO). Adakah cara lain? Tentu dan pasti. Saya berikan beberapa contoh.
Contoh pertama, setelah anak mempelajari materi dengan gaya belajarnya sendiri namun ia ingin menyampaikan dengan praktek, tidak masalah. Ia belajar tentang perdagangan. Ia mengajak temannya dua orang untuk menjadi pembeli.
Drama sekaligus simulasi terjadi. Teman-temannya pun menjadi lebih paham apa itu tawar menawar, hak memilih barang, pelayanan ramah dengan memberi penjelasan tentang semua produk.
Yang membuat naskah anak yang berperan sebagai pedagang tadi. Guru sangat boleh membantu secukupnya.
Disadari atau tidak, anak yang berperan sebagai pedagang dan pembeli tidak hanya merekam data tentang berdagang, tapi lisannya juga terlatih untuk menawarkan barang bagi pedagang dan membeli barang bagi si pembeli.
Bukan hanya sekedar teori saja, bapak ibu.
Contoh kedua, kalau anak suka menggambar, biarkan ia menyampaikannya di atas kertas yang cukup besar. Kemudian mempresentasikannya.
Contoh ketiga, siswa yang sangat hobi utak-atik program komputer, pasti akan menarik baginya jika mempresentasikan dengan PowerPoint atau video.
Video yang saya maksud tidak harus dari Youtube. Boleh dari hasil syutingannya tentang hujan deras yang menyebabkan banjir.
Masih ada beberapa contoh lagi yang bisa Anda kreasikan sendiri.
Leave a Reply