
www.sangpengajar.com
Media terbaik akan menjadi lebih baik lagi jika ditunjang keinteraktifan. Masa’ anak hanya nonton selama 2 sampai 3 jam tapi gurunya tiba-tiba mengucapkan salam? Waduh, terus bagaimana caranya tahu kalau mereka mengerti?
Iya memang bisa dites waktu ujian akhir, tapi kan harus ada evaluasi setiap pertemuan kan, bapak ibu?
Contoh kedua: konsep aplikasi tanpa diajari atau penugasan. Aktifitas ini terbilang unik. Jadi anak didik diberi semacam tantangan untuk diselesaikan semampunya meski belum dijelaskan.
Lha terus gimana kalau ndak ada penjelasannya? Ya sebenarnya bukan tidak ada penjelasan sama sekali.
Hanya sedikit instruksi, misal “anak-anak, silakan susun puzzle ini menjadi gambar gunung.” Nah anak akan berpikir bagaimana menyusun sampai benar.
Sedangkan tidak ada penugasan maksudnya tidak perlu mengerjakan soal. Bisa dibilang ini hanya melatih kreatifitas.
Contoh ketiga: aplikasi dengan penjelasan. Kalau ini adalah proses belajar mengajar seperti biasa dengan atau tanpa komputer. Guru menjelaskan dulu kemudian siswa diajak diskusi atau siswa diberi tantangan untuk dipecahkan kemudian guru menjelaskan dan mengevaluasi.
Contoh keempat: aplikasi dengan penjelasan dan penugasan. Nah, ini yang paling lengkap. Penjelasan dari guru diserap siswa, siswa diberi tantangan dan tugas, kemudian dinilai.
Aktifitas ini juga bisa dengan atau tanpa komputer. Tentu lebih menakjubkan bila dengan komputer yang sudah diisi video atau animasi yang bisa bikin anak betah hatinya, segar mata dan cerdas pikirannya.
Pemikiran Tertutup dalam Aktifitas Individu

eksposkaltim.com
Sebelum mengajar, guru atau dosen bisa mengajukan pertanyaan terkait materi. Misal “kenapa lampu bisa menyala?”
Alur aktivitas ini adalah bertanya, mengulang atau mencari tahu dari berbagai sumber, dari buku, koran, majalah dan internet. Tujuannya untuk merangkai isi materi menjadi satu. Jadi, guru hanya memberikan pancingan, anak yang mencari sendiri jawabannya.
Sehingga setelah anak menemukan jawabannya, mereka pasti akan bilang “ohh ternyata lampu bisa menyala karena adanya listrik sebagai sumber dan saklar sebagai pembuka dan pemutus arus”
Bayangkan kalau kuis ini dibuat model PERMAINAN berbasis komputer? Bisa-bisa mereka lupa waktu dan ingin pulang sore.
Ingat, jangan langsung memberikan jawaban. Kalau mereka tidak tahu jawabannya, cukup arahkan saja apa bukunya, halaman berapa. Kalau Anda punya persiapan yang matang, yakinlah mereka pasti bisa menjawab.
Setelah menjawab, Anda punya dua pilihan: mengatakan “benar” atau voting dulu dengan menunjuk satu-satu. Kemudian Anda mengatakan “jawaban yang tepat adalah….”
Bedanya tipis. Yang pertama temannya bisa mencontek jawaban anak yang sudah menjawab namun DIULANG beberapa kali. Yang kedua ada rasa penasaran karena menunggu jawaban sesungguhnya dari Anda.
Silakan Anda pilih sesuai kondisi hati 🙂
Sehingga Anda tidak perlu capek-capek menjelaskan, siswa ndak ngantuk, karena Anda berhasil membuat mereka aktif.
Aktifitas Bersama (Kolaborasi/Kelompok)

www.smpn20sby.sch.id
Dari namanya sudah jelas kalau ini memerlukan minimal 2 anak. Dengan berkelompok, anak diarahkan untuk menyelesaikan tantangan berupa pertanyaan atau permainan dengan hasil terbaik.
Kalau individu satu anak bisa memiliki 1 hingga 2 jawaban, sedangkan kelompok otomatis bisa lebih banyak. Seandainya diberi tugas untuk membuat sebuah produk keterampilan, hasilnya pasti lebih bagus daripada sendirian.
Aktifitas kelompok akan berhasil jika hal-hal ini dipenuhi:
Pertama, saling terhubung: kalau setiap anak punya kepandaian dan terhubung dengan anggota lain, kerja kelompok bisa sukses. Setiap anak saling memberi motivasi, bukan saling menyalahkan.
Kedua, interaksi yang baik: keaktifan setiap anak sangat dibutuhkan agar kerja kelompok berjalan. Lha kalau satu kelompok diam semua, atau diam sebagian, ya akhirnya seperti mobil yang ndak jalan meski ada sopirnya.
Tiap anak harus berbagi jawaban dan memberitahu temannya yang belum menemukan.
Ketiga: pertanggungjawaban. Jawaban yang sudah dikatakan harus dipertanggungjawabkan. Ketika guru tanya “kenapa kamu menjawab begitu?” murid wajib membela jawabannya dengan mengatakan “karena ini begini dan begitu.”
Bukan mengatakan “ndak tau, pokoknya njawab.” Meski bekerjasama dalam mencari jawaban dan informasi, setiap anak tetap ditanya dan dinilai.
Keempat, pengembangan skill tim: setiap siswa sudah pasti mempelajari materi yang akan dibahas dan juga mempelajari skill antar personal agar diskusi berjalan dengan baik. Karena belum tentu anak yang pintar bicaranya sopan.
Perlu ada etika dalam berbicara meski hanya dengan teman. Misal kalau temannya salah tidak langsung mengata-ngatai atau merendahkan.
Ketua kelompok (jika ada) harus punya skill untuk membuat anggotanya kompak, baik bicara bersama maupun pergerakan jika modelnya permainan yang memerlukan kekompakan.
Kelima, proses dan ketegasan: ketua memang harus tegas. Selama jalannya proses diskusi, tugasnya adalah mencari jawaban sambil memantau anggotanya. Yang aktif berhak diberi nilai tambah.
Sedangkan yang pasif, harus diberi hukuman tapi yang mendidik. Misal menulis “saya berjanji akan aktif pada diskusi selanjutnya”
Aktifitas kelompok bisa menyenangkan (kelebihan) atau menyebalkan (kekurangan):
Berikut beberapa kelebihannya:
Kelebihan #1: saling membantu diantara teman. Jadi kalau satu anak belum menemukan jawaban, tidak perlu sedih atau pusing. Bisa dibantu (bukan diconteki) temannya.
Kelebihan #2: saling menghormati perbedaan pendapat. Jangan sampai bertengkar karena perbedaan adalah keniscayaan.
Kelebihan #3: jawaban bisa berkembang tanpa disadari. Misalkan guru bertanya bagaimana cara berhemat listrik?
Salah satu anggota di salah satu kelompok menjawab “memakai alat-alat listrik seperlunya” ada juga yang menjawab “membuat alat khusus,” temannya menjawab “misal panel surya….dan seterusnya”
Leave a Reply