
vidya.id
Beberapa kekurangannya:
Kekurangan #1: Tidak semua anak niat mengikuti diskusi. Biasanya yang paling pintar selalu paling diandalkan. Yang kasihan, kalau ketuanya pintar tapi tidak tegas, akhirnya diancam anggotanya yang nakal untuk tutup mulut (aduh, seperti drama saja).
Jadi si ketua tidak boleh laporan ke gurunya, sedangkan gurunya kurang memantau jalannya diskusi. Guru harus peka ya?
Kekurangan #2: kurangnya peran guru dalam mengajar. Karena tuntutan kepada para siswa siswi untuk diskusi selama pelajaran berlangsung, guru jadi tidak terlalu banyak menjelaskan. Hanya mengarahkan saja. Lho katanya yang bagus itu kalau murid aktif diskusi dan menjawab?
Iya, tapi kalau bisa ada keseimbangan. Kira-kira porsinya 60:40. 60 untuk anak-anak, 40 untuk guru. Sama prinsipnya untuk pembelajaran.
Sebagus-bagusnya pembelajaran online di kelas (meski penjelasannya pakai video atau animasi, metodenya dengan permainan), bagaimanapun juga, guru juga harus menjelaskan dengan durasi yang cukup, tidak kurang dan tidak lebih.
Kalau kurang muridnya bingung, kalau kelebihan muridnya bisa ngantuk dan bosan.
Kekurangan #3: komunikasi tidak lancar kalau hampir semua anggota tidak PD untuk mengungkapkan jawabannya. Ini biasanya terjadi ketika ada beberapa anak punya geng. Jadi mereka tidak mau ditentukan kelompoknya oleh gurunya. Maunya nentukan sendiri. Ujung-ujungnya yaa itu tadi.
Tidak usah khawatir, bapak ibu. Setiap masalah ada solusinya, betul? Salah satunya adalah dengan kerjasama antar guru. Dalam hal ini, yang yunior bisa belajar dari seniornya bagaimana menaklukkan anak yang malas, nakal dan bandel.
Persiapan untuk Aktivitas Bersama

www.wikihow.com
Proses sosialisasi pasti akan terjadi dengan sendirinya ketika para siswa-siswi masuk ke dalam kelas dalam rangka pembelajaran. Artinya, setiap anak akan melakukan interaksi dengan ngobrol, bercanda dan tolong menolong.
Dalam situasi dan kondisi ini, anak didik siap untuk mengikuti pelajaran dan menjalin hubungan baik dan temannya. Kalau ada yang bertengkar itu urusan lain. Anggapan kita, mereka sudah mengerti apa yang harus dilakukan.
Hanya saja seringkali kita masih harus mengkondisikan anak untuk tertib. Anda pasti membayangkan anak SD
Karena kalau SMP dan SMA kebanyakan sudah bisa diatur, khususnya sekolah-sekolah top. Bahkan mereka sudah punya inisiatif mulai guru masuk sampai pelajaran selesai. Betapa indahnya ya kalau setiap sekolah punya murid dengan kondisi psikologis seperti ini? 🙂
Sedangkan pembelajaran online rata-rata tanpa kehadiran guru. Jadi guru harus bisa menjadi fasilitator yang baik. Bagaimana agar pembelajaran bisa tetap berjalan lancar dan efektif.
Waktu belajar mengajar tidak terlalu panjang tapi setiap materi bisa diselesaikan dalam satu pertemuan. Itulah strategi belajar mengajar yang efektif.
Terlepas apakah guru akan memberikan penugasan atau tidak, yang paling penting adalah guru harus memastikan kalau anak didiknya sudah paham.
Kalau belum paham, guru harus punya cara alternatif yang tentunya disiapkan sebelum ngajar, karena kalau belum ada persiapan pasti kelabakan. Seperti pelatih sepak bola yang dituntut untuk mampu mengganti formasi dan strategi kalau timnya kesulitan mencetak gol.
Mereka perlu waktu untuk menyerap materi sebelum diberi tugas, tapi sebagai pengajar Anda juga harus menyediakan waktu yang cukup untuk memberi mereka kesempatan merekam kata-kata Anda.
Lagi-lagi, daya rekam setiap anak berbeda. Seandainya mereka masih kesulitan untuk memahami padahal Anda sudah menjelaskan panjang kali lebar sedangkan waktunya mau habis, jangan kecewa, apalagi marah.
Itu berarti Anda perlu mengganti cara ngajar. Bisa jadi bahasa Anda kurang pas. Yang diajari SMP, tapi bahasanya untuk mahasiswa. Bicara lumayan cepat salah satu faktor sulitnya mereka menangkap isi materi.
Ada tips bermanfaat agar pembelajaran hibrid berjalan sukses:
Tips pertama; buat jadwal pertemuan. Jadwal sudah pasti menjadi acuan murid dan guru untuk menyiapkan bahan ajar dan pembelajaran.
Karena ini pembelajaran hibrid (online dan klasik alias tatap muka di kelas), maka perlu ada penjadwalan yang teratur dan seimbang.
Apalagi kalau sekolah masih belum ada fasilitas satu komputer untuk satu siswa. Jadinya pakai laboratorium komputer. Saya kira itu tak jadi masalah, pokoknya ada jadwal.
Misal dalam satu bulan 2X ke ruang komputer dan 2 X pertemuan di tempat lain. Tidak harus selalu di kelas supaya ada suasana baru.
Kalau ternyata ada kelas yang “kena” libur sehingga tidak bisa menggunakan ruang komputer, bisa dibicarakan dengan Kepala Sekolah dan guru lain. Barangkali ada alternatif di hari lain.
Tips kedua; kalau sistem online tidak bisa dilakukan karena kendala teknis, seperti belum ada laboratorium komputer, sudah ada komputer tapi tiba-tiba mati listrik, internet putus, mainkan kreatifitas Anda
Buat permainan dengan media yang unik se asik mungkin. Media bisa berupa gambar poster, puzzle, atau yang lain.
Contoh aktifitas kolaborasi:
Contoh pertama: Mencari kartu bergambar yang terpotong-potong. Cara mainnya, setiap siswa diminta untuk mencari potongan kertas yang disebar di kelas atau lapangan. Setelah siswa menemukan ia langsung mencari grup yang gambarnya cocok dengannya.
Contoh kedua: pemetaan pikiran (brainstorming). Metode ini sangat terkenal. Guru memberi sedikit penjelasan tentang komputer, misalnya. Pertanyaannya “apa saja yang terlintas di pikiranmu kalau dengar kata komputer?” Murid-muridnya akan menjawab “hardware, software, instal, internet dan lain.” “Kemudian buat kalimatnya.”
Setiap anak pun membuat beberapa kata dan kalimat. Kalau ada yang sama kata dalam satu kelompok tinggal dihapus salah satu. Nantinya dalam satu kelompok akan terbentuk paragraf yang saling berhubungan.
Silakan mencari inspirasinya di internet. Banyak kok 🙂
Kesimpulannya, pembelajaran campuran bisa memudahkan jika guru dan murid sama-sama bisa bekerjasama dengan baik, terlepas dari kekurangannya.
Tantangannya adalah bagaimana guru memanfaatkan kecanggihan teknologi tapi juga tetap menyeimbangkannya dengan metode klasik (menulis, belajar kelompok dan lain-lain).
Sehingga anak tidak hanya menggunakan komputer agar tangan terampil untuk mengerjakan sesuatu dan lisannya mampu berkomunikasi dengan baik.
Selamat mencoba, semoga berhasil!
Terinspirasi dari sini
Leave a Reply