
https://tirto.id
Kalau bisa lebih baik dalam membuat sistem pembelajaran, kenapa hanya memberikan yang sederhana?
Kegiatan pembelajaran individu berbasis online secara interaktif untuk mendukung pembelajaran mandiri banyak contohnya.
Penerapannya diyakini bisa menjadikan peserta didik lebih senang belajar dan mempercepat pemahaman.
Contoh-contoh tersebut bisa berupa video, animasi, dan penugasan beserta evaluasinya, agar anak bisa memahami secara rinci materi yang disampaikan.
Pernah saya ulas di artikel lain kalau belajar dengan video ataupun animasi, anak tidak perlu membayangkan. Masing-masing jenis diuraikan agar Anda bisa mempertimbangkan mana yang kira-kira cocok dipakai.
Contoh #1, animasi. Ibu yang mengandung anak hingga melahirkan memang bisa dibaca dan dilihat dari gambar berwarna.
Tapi akan lebih JELAS kalau dilihat dengan tipe animasi. Bagaimana janin mengonsumsi sari makanan. Bagaimana juga proses keluarnya bayi.
Contoh lain, bahasa Inggris. Dalam penggunaan Tenses, biasanya anak hanya membaca teorinya saja berupa rumus dan kalimat.
Okelah mereka bisa memahaminya hingga ada yang dapat nilai 100.
Anda pun boleh mengatakan “murid saya lho bisa meski tanpa pakai animasi yang mahal banget.” Iya, saya tahu dan setuju.
Tapi cobalah gunakan animasi kalau memang ada biaya lebih. Maka hampir pasti mereka akan LEBIH MENYUKAINYA, karena seperti nonton film.
Tidak terasa jenuh dan membosankan. Pernahkah Anda melihat kebanyakan anak lebih suka membaca teks saja daripada film?
Setelah dipertontonkan, tugas Anda selanjutnya adalah bertanya pada mereka apa yang sudah mereka amati.
Bisa juga dengan mengamati aspek-aspek tertentu dalam animasi tersebut. Karena biasanya dalam satu materi kan tidak hanya satu aspek saja.
Untuk bahasa Inggris, yang diamati bisa cara membacanya, gerakan-gerakannya, atau tata bahasanya. Hasil pengamatannya dan jawabannya bisa menjadi penugasan lanjutan.
Saya beri contoh seperti ini; apa maksud dari Past Perfect? Kegiatan mana yang dilakukan lebih dulu?
Contoh #2, konsep aplikasi tanpa penjelasan atau penugasan. Model aktivitas ini untuk melengkapi petunjuk dalam materi.
Tujuannya agar anak dapat langsung mempraktikkan keterampilan baru yang sudah didapat dari materi. Tidak ada penjelasan dulu. Jadi langsung mengerjakan. Nantinya mereka akan tahu teorinya DENGAN SENDIRINYA.
Misal; mengerjakan teka-teki atau menyusun gambar tentang bagaimana membuat kopi. Setelah gambar proses yang disusun benar, anak otomatis tahu urutannya.
Bagi Anda yang mengajar ilmu komputer dan semacamnya, khususnya materi jaringan, situs Cisco menyediakan aplikasi ini. Disertai sedikit teori.
Contoh #3, konsep aplikasi dengan penjelasan. Model pembelajaran yang ini adalah dasar dari setiap pelajaran yang dijelaskan. Di dalamnya terdapat teori rinci yang dikemudian dipraktikkan dengan menjawab soal.
Hampir sama seperti contoh animasi. Hanya saja kalau animasi bisa dengan atau tanpa mengerjakan soal. Gambarannya seperti ini; siswa menonton tayangan video atau animasi Matematika. Materinya menghitung luas.
Siswa memahami isinya, kemudian mengerjakan soal-soalnya dengan meng-klik setiap nomer. Ketika soal sudah dikerjakan semua, hasilnya akan langsung muncul detik itu juga.
Kalau nilainya dibawah KKM, pengajar tinggal memberi dua pilihan, remidi atau tidak. Pengajar tidak perlu mengoreksi yang bisa menghabiskan waktu hingga lebih dari 10 menit atau bahkan berjam-jam. Enak kan? Nyaman kan?
Contoh #4, konsep aplikasi dengan penjelasan dan evaluasi. Hampir sama dengan contoh ketiga. Namun model ini menggunakan evaluasi.
Jadi hasil ujiannya langsung masuk ke rapor virtual yang kemudian dicetak atau hanya dilihat lewat smartphone, tablet atau laptop orang tua.
Sebelum memulai aktivitas individu, pengajar boleh memberi kuis dulu untuk sekedar mengetahui apakah siswa sudah tahu tentang materi yang akan dibahas, sebagai pemanasan juga.
Alurnya mulai awal hingga akhir; bertanya, meminta mereka untuk membaca sebentar dan sedikit saja, menjelaskan dengan bahasanya sendiri. Kemudian menjawab sekian soal sebagai pembuktian kalau mereka sudah mengerti.
Kuis ini bersifat santai, bukan hasil akhir. Artinya, kalau seorang anak belum bisa menjawab sekian soal, ia boleh mengulanginya sampai benar, atau pertanyaannya diganti yang lebih mudah.
Menyesuaikan kemampuannya saja. Jika anak dipersiapkan dengan sebaik mungkin, hasilnya juga yang terbaik.

https://www.rijal09.com
Kegiatan Kelompok
Sesuai dengan sebutannya, kegiatan ini dilakukan oleh lebih dari 1 anak. Minimal 2, maksimal terserah pengajarnya.
Dengan pembelajaran jenis ini, siswa dapat berpikir dan bekerja bersama untuk menyelesaikan suatu permasalahan dari materi.
Bisa dari materi itu sendiri maupun dari luar materi tapi masih berhubungan dengan pelajarannya.
Cara ini bisa memberikan hal berbeda daripada individu, yaitu penekanan pada pertukaran sekaligus tukar pemikiran antar anggota. Jadi bisa saling melengkapi tanpa harus minder.
Hasilnya, solusi atas permasalahan dari buku maupun kehidupan sehari-hari bisa terpecahkan. Syarat-syarat agar kegiatan ini berkualitas dan sukses:
Pertama: kerjasama tim. Yang namanya berkelompok sudah pasti harus bekerjasama.
Kemampuan berpikir tiap anak yang baik akan sangat menentukan suksesnya kelompok. Kelompok yang berhasil bermula dari pemikiran brilian setiap anak. Sukses disini berarti mampu memberikan solusi, bukan HANYA nilai saja.
Yang tak kalah penting adalah saling menolong. Unsur PPKn terlibat disini, meski pelajarannya bukan PPKn. Dengan cara ini, setiap anak otomatis bisa bersemangat untuk mencapai tujuan karena kekurangannya bisa “diisi” temannya. Itulah buah manfaat kerjasama.
Leave a Reply