
https://www.kompasiana.com
Kolaborasi antara guru dengan orang tua membuat otak anak semakin berkembang dan hati semangat. Guru memang lebih pandai dan berpengalaman soal mengajar, tapi bagaimanapun juga, orang tua wajib terlibat, sedikit atau banyak.
Hal-hal Yang Perlu Disiapkan Untuk Kegiatan Kolaborasi
Dimanapun tempat belajarnya, bagaimanapun modelnya – tatap muka, berkelompok, individu – yang jelas unsur sosial akan terjadi. Maksudnya, meski individu, mesti tetap akan ada pembicaraan antar teman SECARA LANGSUNG dengan sendirinya, entah itu di kelas atau di luar kelas.
Dalam kondisi seperti ini, setiap anak akan saling mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk diskusi, tanya jawab, sampai ngobrol perkara remeh temeh secara alami. Kalau diskusi dan tanya jawab memang harus menunggu perintah dari gurunya.
Untuk sistem online, katakanlah e-learning yang dilakukan di rumah, kondisi ini tidak akan bisa terjadi. Kenapa? Karena dilakukannya sendiri-sendiri. Satu anak di depan komputer tanpa teman, meski sebenarnya bisa bertemu secara online lewat aplikasi chat dan video call.
Pengajar perlu membuat cara agar sistem belajar kelompok tetap berjalan efektif. Dua cara ini bisa dicoba:
Cara pertama; buat pertemuan khusus di kelas yang memungkinkan pembentukan kelompok. Minta tiap anak membuat kelompok. Beri tugas tertentu yang bisa dikerjakan secara kolaborasi.
Tiap ketua kelompok membuat laporan, kemudian presentasikan di depan kelas. Frekuensi pertemuan tergantung kesepakatan antara guru dengan semua muridnya. Cara ini bisa dilakukan untuk kelas besar dan kecil.
Cara kedua; kalau masih kesulitan untuk membuat kelompok belajar dalam kelas karena beragam faktor, berikan tugas untuk dikerjakan di luar kelas. Tuliskan berbagai macam pertanyaan yang berhubungan dengan materi. Semisal PPKn.
Apa yang kamu lakukan sebelum berangkat ke sekolah, ketika di sekolah, setelah pulang sekolah dan lain-lain. Contoh kegiatan kolaborasi seperti jigsaw. Jigsaw adalah permainan menyusun gambar acak yang bisa dilakukan secara individual maupun kelompokan. Asyik kan kalau pakai permainan?
Permainan ini bisa dipilih sebagai metode dalam kolaborasi karena tiap anggota punya tanggung jawab untuk memegang dan meletakkan gambar. Kalau ada yang salah meletakkan, temannya bisa mengingatkan.
Lain sama individu, salah ya dibiarkan. Ada perhatiannya kalau kelompokan. Jadi ada unsur SOSIAL dan PSIKOLOGInya. Disini guru meminta semua siswanya membuat grup, jumlah anggota di tiap grup menyesuaikan, bisa 4 atau 5.
Dalam kelompok ada ketua untuk mengarahkan bagaimana menyusun kartu yang tepat sehingga menjadi satu gambar utuh. Untuk lebih jelasnya tentang permainan ini, Anda bisa buka langsung situsnya di akhir artikel ini pada link “sini” sebelah kanan.
Gambar yang dipakai disesuaikan dengan materi. Katakan saja pelajaran komputer. Tiap grup menyusun gambar acak PC atau laptop. Disinilah kemampuan berkomunikasi, berpikir dan kerjasama antar anggota terlihat.
Setelah gambar terbentuk utuh, ketua diminta untuk membuat laporan hasil diskusi. Misalnya; gambar apa yang dipikirkan sebelum menyusun, siapa saja yang mengerjakan (menyusun), berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyusun potongan gambar.
Setelah itu, apa kendalanya (terlalu sulit, suasana belajar kurang tenang, ada salah satu anggota yang sakit atau malas), manfaat yang didapat (melatih kreativitas, tidak membosankan).
Kalau mau dijadikan tematik bisa juga kok. Untuk bahasa Indonesia; mendeskripsikan gambar dengan pertanyaan seperti gambar apa ini.
Selain itu, kapan komputer biasanya digunakan, siapa saja yang bisa menggunakannya, dan lain-lain. Jika ada penjelasan dari media lain (koran, buku, internet) harus disertakan juga karena itu bagian dari etika.
Ketua memerintahkan tiap anggotanya untuk menulis laporan tapi beda pelajaran dalam tematik. Katakan Rudi menulis bahasa Indonesia, Rendi mencatat sikap-sikap teman-temannya selama mengerjakan (bagian dari PPKn).
Ani menulis durasinya (kecepatan per anak mulai berpikir sampai meletakkan 1 keping dengan benar, dikali sekian anak, dibagi sekian anak) untuk Matematika. Untuk pelajaran lain, silakan berkreasi.

https://edukasi.kompas.com
Langkah-langkah Dalam Evaluasi Kegiatan Kolaborasi
Pertama, laporan tertulis. Laporan ditulis di selembar kertas dari buku tulis kalau sedikit, pakai HVS kalau banyak. Nantinya, tiap anak mengumpulkan di ketua kelompok, dijadikan satu, kalau bisa diketik dan ditandatangani ketua.
Ya anggap saja latihan punya organisasi atau perusahaan, biar terlihat lebih keren dan formal. Ketua berhak untuk membaca dan merevisi hasil pekerjaan anggota, meski pintar semua. Yang memperbaiki tentu saja anggota, ketua hanya memberi tanda mana saja yang belum benar.
Entah itu salah dalam menjelaskan, atau tanda bacanya yang kurang. Setiap anggota juga harus memahami apa yang sudah ditulisnya, karena yang maju sebaiknya jangan hanya ketuanya saja. Anggota pun perlu tampil sebagai cara untuk melatih skill presentasi.
Guru mengevaluasi, teman-temannya juga berhak menilai tapi bukan angka, tapi lebih ke esensi. Misalnya; kenapa kok ngerjakannya lama atau kenapa ada anggota yang tidak mau menulis.
Kedua, saling perhatian. Ketika ada kelompok lain yang sedang presentasi, dengarkan dan lihat baik-baik. Pelajari kelebihan-kelebihannya; bicaranya lancar, menguasai hasil pekerjaan, berani melihat teman-temannya dan gurunya.
Berikan tanggapan kalau ada waktu dan kesempatan. Jangan iri kalau kelompok itu paling bagus tapi jadikan MOTIVASI untuk lebih baik lagi. Jangan juga mengkritik dengan kata-kata yang kurang pantas.
Ketiga, tindak lanjut. Tugas hanyalah tugas, dikerjakan, dapat nilai, selesai. Ini yang dipikirkan kebanyakan siswa. Kalau siklusnya seperti ini, sekolah hanya untuk mencari nilai saja. Ilmunya hilang kena angin.
Cobalah untuk mengerjakan ulang kartu bergambar tadi atau mencoba mengerjakan sesuatu yang baru, yang lebih menantang, agar sel-sel dalam otak “melar” terus. Misal membuat metode baru selain jigsaw.
Ketua bisa bertindak sebagai guru untuk mengevaluasi anggotanya di luar pelajaran. Sehingga ilmu yang didapat dari guru masih nempel di otak. Sayang kan bayar SPP mahal-mahal tapi ilmunya lupa semua?
Selamat mencoba, semoga berhasil meraih prestasi dengan gemilang!
Leave a Reply