
dailysocial.id
Tips no. 4: Kesesuaian Program. Gunakan sumber dan program yang sesuai dengan kelas. Mungkin saja (semoga tebakan saya salah) ada sekolah yang kurang pas dalam memberikan materi. Harusnya diberikan pada anak-anak SMP, tapi sudah diajarkan ke anak SD.
Harusnya diajarkan mahasiswa, eh tiba-tiba bukunya dijual ke SMA. Lha terus kalau begini mana bisa murid-murid merekam data di otak mereka? Baru baca satu lembar saja sudah ingin minum panadol.
Gurunya pun juga kesulitan menafsirkan dan menyederhanakan, tapi berusaha untuk bisa dengan dalih “biar gak ketinggalan zaman, biar bisa bersaing dengan Singapura dan Malaysia.”
Oh My God! Jangan gitu atuh. Kasian kan mereka kalau otaknya tersiksa demi misi agar menjadi siswa super? Ayolah, realistislah.
Carikan sumber yang pas, baik dari internet atau beli bukunya. Buatkan materi yang terstruktur. Jangan ujug-ujug anak SD belajar percakapan dengan tenses.
Ajari dasarnya dengan metode yang menarik. Yang penting ia paham, bukan yang penting jadi anak super meski bukan superman.
Mas, saya benar-benar gak bisa mbuat media belajar yang menarik.
Tidak masalah, saya bantu bapak ibu. Berkat jasanya internet, khususnya google dan youtube, saya menemukan beberapa website yang maknyus dan top markotop untuk dipakai ngajar.
Ada khanacademy.org
Atau mau ditiru terus dirubah juga boleh. Gratis kok, tapi tetap sertakan sumber websitenya sebagai bentuk penghormatan kepada sang pencipta website.
Itulah gambaran dan kelebihan belajar campuran alias blended learning. Berkatnya, guru dan murid sama-sama enak. Guru bisa lebih baik ngajar dan ngolah nilainya karena bantuan teknologi, murid juga senang dan nyaman menyerap materi dengan cepat.
Setuju atau tidak – terlepas dari biaya pengadaan alat-alat blended learning – lama-lama pembelajaran dituntut harus canggih dan gurunya juga harus memiliki kreativitas.
Bicara soal dana, sekolah juga sebaiknya bisa mengelola dana, entah dari SPP atau yang lainnya agar fasilitasnya semakin top. Memang ndak gampang. Lagi-lagi diperlukan kreativitas sekaligus celah untuk hal ini.
Sedikit contoh, ada website khusus untuk mencari dana, namanya kickstarter.com dan indiegogo.com. bagi siapapun orangnya atau lembaganya yang mau mendapatkan modal usaha bisa lewat sini. Silakan Anda pelajari dan analisa.
Pemiliknya bukan orang Indonesia, jadi ya pakai bahasa Inggris.
Sistem ngajar berupa guru ceramah sudah sangat jadul. Efeknya anak ngantuk, bosan, akhirnya tidur atau ngomong sama temannya. Bisa-bisa keluar kelas.
Mengaktifkan “dinamo” anak alias terpusat siswa agar mau berusaha mencari jawabannya adalah keharusan. Dengan begitu, otak dan kelima panca inderanya semakin “lemas” dalam memecahkan setiap masalah, yang ringan pastinya.

www.kompasiana.com
Apalagi berkat adanya internet, rasa-rasanya mencari informasi semudah membuka mata. Ndak perlu ke warnet lagi seperti dulu sebelum ada modem USB. Tinggal ketik “teori listrik” sim salabim, ketemu sekian ribu website, sampai bingung mana dulu yang mau dibuka.
Ini baru di google, lha Youtube (channel atau langsung ketik kata kuncinya), Facebook (grup atau link yang muncul di timeline Anda)? Bisa-bisa seharian di kelas atau di kamar saja, sampai lapar ndak terasa.
Selamat datang di era digital, (hampir) semuanya serba mudah. Selamat menerapkan belajar campuran dan menikmati kecanggihannya. Sukses selalu untuk Anda dan anak-anak didik kesayangan. 🙂
Terinspirasi dari sini
Leave a Reply