
www.kompasiana.com
Masih menurut sang trainer. Bicara soal data, ia juga pernah bekerjasama dengan seorang guru sastra Inggris yang belum tahu caranya mempraktekkan sistem ini di kelas.
Ia pun menjelaskan secara rinci dari A sampai Z tentang penggalian, menganalisa, mengevaluasi hingga kapan saat yang tepat untuk menggunakan data.
Mereka duduk bersama mencari anak dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing. Ada yang kuat di hafalan, ada juga yang unggul di hitung-hitungan. Untuk hafalan masih terbagi lagi menjadi dua, hafalan dengan teks saja dan dengan gambar.
Selama berminggu-minggu, mereka melakukan penggalian data dari sebuah program online bernama Achieve 3000. Disini, data dipetakan berdasarkan kemampuan setiap anak.
Data yang dipetakan sekaligus dibuatkan daftarnya dari A hingga Z membuat mereka mudah untuk menemukan kemampuan sebenarnya.
Bisa kemampuan ketika mereka mengerjakan secara online (game atau aplikasi), bisa juga secara offline dengan ngerjakan di LJK misalnya, kemudian hasilnya direkap oleh komputer dan diolah dengan excel maupun program khusus lainnya.
Setelah kemampuannya diperlihatkan langsung oleh anak dan data komputer, sang guru pun bisa membuatkan kelompok untuk anak yang punya kemampuan membaca cepat dan lambat.
Yang kecepatan hafalannya tinggi dan rendah juga dipisah. Jadi guru bisa lebih bisa menargetkan produksi ilmunya pada kelompok yang berbeda.
Waktu produksinya juga bisa diatur. Bagi anak atau kelompok yang kemampuannya menengah kebawah bisa didulukan.
Yang sudah bisa boleh belajar bab selanjutnya atau membaca ulang materi yang sudah ia pahami.
Setelah otak anak dianalisa dengan kecanggihan program komputer selama sekian minggu hingga berbulan-bulan dan diberi metode yang sesuai dengan nuraninya, perkembangannya pun jauh lebih baik.
Saya katakan sesuai nurani karena yang namanya manusia, apalagi anak-anak, sudah pasti minatnya beda-beda.

idekreatifguru.blogspot.com
Ada yang lebih suka belajar sambil berkebun (jangan bilang konyol lho, ini termasuk kinestetik), ada yang suka belajar dipadu musik, ada juga yang cepat nempel di otaknya karena main game. Game pendidikan tentunya, bukan kekerasan.
Untuk sistem belajar campuran, salah satu faktor yang sangat ditekankan adalah ketepatan data yang digali dan diolah.
Yang dicari datanya mahasiswa, tapi metodenya untuk anak SD. Jauh sekali kan melencengnya? Kalau begini mah akhirnya ndak efektif, ndak berhasil sistemnya.
Kalau mencari data dari anak SMP, materi dan metodenya juga harus pas. Contoh, di SMP Negeri 1 ada sekian anak kurang paham Matematika bab pohon faktor.
Setelah digali datanya, ternyata sebabnya karena metodenya cuma buku hitam putih dan papan.
Kemudian diberi metode yang menarik berupa game atau video. Beberapa anak pun langsung ngerti. Dalam dunia bisnis ini disebut survey pengguna.
Apa yang disukai dan kenapa, apa yang tidak disukai dan bagaimana harusnya.
Dengan begitu, manajemen perusahaan bisa berbenah agar konsumennya semakin puas. Begitu juga dengan sekolah.
Memang harus ada upaya untuk mencari tahu apa yang diinginkan siswanya. Asal masuk akal dan sekiranya pihak sekolah bisa memenuhi, ya turuti saja.

www.nextlevelxl.com
Misal mereka ingin belajar materi pecahan dengan model outbond. Alatnya dengan tali, tongkat, bola dan lain-lain. Sederhana kan?
Mereka memainkannya juga senang. Anda pun juga perlu memberikan kebebasan pada mereka untuk membuat metode mereka sendiri.
Kalau Anda bisa membuat mereka inisiatif menciptakan game sendiri, Anda dan mereka sama-sama hebatnya. Sistem belajar campuran jadi terasa indah dan lancar jalannya.
Kembali ke trainer yang pakai MAP tadi. Sang trainer dan guru-guru yang pernah bekerja dengannya sangat terbantu dengan program ini. Itu karena ia bisa menggunakannya. Ya mesti lah mas? Tunggu dulu bapak ibu.
Bisa menggunakan karena ia tahu bagaimana seharusnya mencari data dari anak SD sampai anak kuliahan. Mencari data tidaklah sembarangan. Seperti kalau memakai program Excel. Kalau belum tahu caranya, pengguna pasti kedap-kedip saja matanya.
Kemajuan anak didik bisa dengan cepat mudah diketahui berkat MAP, beberapa diantaranya adalah materi membaca dan perhitungan pada materi yang dianggap paling sulit oleh anak.
Salah satu kenikmatannya pakai program ini adalah ia dan pengajar-pengajar yang ia latih ndak usah buka buku laporan yang tebalnya hampir sama bahkan sama dengan kitab suci.
Cukup dengan beberapa klik saja, langsung ketemu. Ndak usah ahli komputer kok. Pokoknya ngerti cara menggali datanya dan ngerti cara mengoperasikannya.
Kebayang kalau ngecek nilai bulan Januari, materi tata bahasa, bulan Februari materi fotosintesis harus buka lembaran kanan dan kiri?
Ya memang bisa dikasi daftar isi, tapi kan ya waktunya juga lama, boros kertas, lemari lama-lama penuh, mau dibuang atau dibakar ya sayang.
Masak mau beli lemari lagi dan lagi? Otomatis ya bikin gudang penyimpanan seperti data centernya facebook atau google. Yang benar saja.
Apalagi zaman sekarang, hampir semua bidang rasa-rasanya, diperlukan komputer yang terhubung internet. Manusia semakin lama inginnya malas nyaman.

kipin.id
Belanja tinggal klik, beli tiket tinggal klik, belajar mengajar dan hasil belajar pun sudah seharusnya semudah beli tiket online.
Dalam artian, siswa tetap harus ke sekolah namun dibantu dengan kecanggihan alat bernama komputer dan internet. Hasilnya bisa diakses dimana saja dan kapan saja.
Misal, ketika rapat, setiap guru biasanya kan membawa buku dengan ketebalan ratusan halaman (ndak semua buku tapi).
Leave a Reply